Jumat, 26 September 2014

Waduk Darma

    Waduk Darma adalah sebuah danau buatan yang terletak di Desa Jagara, Kecamatan Darma sekitar 12 km dari Kota Kuningan, Jawa Barat.
    Waduk Darma berfungsi sebagai penampungan air, selain itu juga dijadikan sebagai sarana rekreasi dan olahraga. Panorama di sekitar Waduk Darma pada saat matahari tenggelam menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Apalagi bila menikmatinya sambil duduk di perahu yang mengelilingi pulau mungil bernama Munjul Goong yang ada di tengah-tengah Waduk Darma.

Pulau Munjul Goong di tengah Danau Darma
    Namun objek wisata ini belum bisa memberikan kontribusi yang berarti terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Kuningan, karena tidak banyak memiliki fasilitas hiburan dan tempat bermain. Saat ini fasilitas yang baru tersedia seperti tempat duduk untuk menikmati udara dan pemandangan di sekitar waduk, areal camping, kolam renang bagi anak-anak, perahu motor, penginapan, wahana outbond seperti flyingfox serta wisata air seperti berperahu rakit dan memancing.

Sejarah Waduk Darma
    Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, dahulu pada saat para wali masih hidup, Waduk Darma merupakan bendungan atau situ yang cukup besar yang di buat oleh mbah Satori (mbah Dalem Cageur). Tujuan mbah Dalem Cageur (Embah Satori) membuat bendungan/Situ ini adalah untuk tempat bermain putranya yaitu Paneran Gencay, selain itu mbah Dalem Cageur memiliki hobi memelihara ikan.
     Dalam pembuatan bendungan tersebut mbah Dalem Cageur tidak sedikit mengerahkan tenaga dari pada kurawanya sehingga memerlukan hidangan yang cukup banyak untuk menjamu para pekerjanya. Konon menurut cerita untuk menanak nasi itu, mbah Dalem Cageur memilih salah satu bukit yanga berada di sebelah desa Darma (Desa Kawah Manuk) sehingga sampai saat ini tempat bekas menanak nasi itu di beri nama "bukit Pangliwetan".
    Setelah selesai pembuatan Situ, mbah Dalem Cageur membuat sebuah perahu yang terbuat dari papan kayu jati dengan ukuran yang cukup besar. Perahu itu dibuat untuk bermain anaknya. Setiap siang dan malam Pangeran Gencay bersama rekan-rekannya terus bermain di atas perahu itu. Sementara para penduduk menyaksikan di sekeliling Situ sambil menabuh berbagai gamelan. Konon tempat penduduk memainkan gamelan itu di beri nama "Muncul Goong".
    Takdir tidak dapat dipungkiri, pada suatu malam tepat pada saat bulan purnama, Pangeran Gencay bersama para pengasuhnya yang sedang bersenang-senang menaiki perahu buatan ayahnya tenggelam di tengah-tengah Situ dan merenggut nyawa Pangeran Gencay.
     Setelah jenazah Pangeran Gencay ditemukan dan dibawa ke suatu tempat yang bernama "Munjul Bangke" (Munjul artinya tempat yang menonjol sedangkan Bangke artinya Bangkai) lalu dimakamkan di desa Jagara. Adapun tempat tenggelamnya Pangeran Gencay oleh penduduk di beri nama "Labuhan Bulan" karena perahunya tenggelam tepat pada saat bulan purnama (Labuhan artinya kalebuh dan kalebuh artinya tenggelam).


 

0 komentar:

Posting Komentar