Waduk Darma adalah sebuah danau buatan yang terletak di Desa Jagara,
Kecamatan Darma sekitar 12 km dari Kota Kuningan, Jawa Barat.
Waduk Darma berfungsi sebagai penampungan air, selain itu juga dijadikan sebagai sarana rekreasi dan olahraga. Panorama di sekitar Waduk Darma pada saat matahari tenggelam menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Apalagi bila menikmatinya sambil duduk di perahu yang mengelilingi pulau mungil bernama Munjul Goong yang ada di tengah-tengah Waduk Darma.
Waduk Darma berfungsi sebagai penampungan air, selain itu juga dijadikan sebagai sarana rekreasi dan olahraga. Panorama di sekitar Waduk Darma pada saat matahari tenggelam menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Apalagi bila menikmatinya sambil duduk di perahu yang mengelilingi pulau mungil bernama Munjul Goong yang ada di tengah-tengah Waduk Darma.
Pulau Munjul Goong di tengah Danau Darma |
Namun objek wisata ini belum bisa memberikan kontribusi yang berarti terhadap pendapatan
asli daerah Kabupaten Kuningan, karena tidak banyak memiliki fasilitas
hiburan dan tempat bermain. Saat ini fasilitas yang baru tersedia seperti tempat duduk untuk
menikmati udara dan pemandangan di sekitar waduk, areal camping, kolam
renang bagi anak-anak, perahu motor, penginapan, wahana outbond seperti flyingfox serta wisata air
seperti berperahu rakit dan memancing.
Sejarah Waduk Darma
Menurut kepercayaan masyarakat
sekitar, dahulu pada saat para wali masih hidup, Waduk Darma merupakan bendungan
atau situ yang cukup besar yang di buat oleh mbah Satori (mbah Dalem Cageur). Tujuan mbah Dalem Cageur (Embah
Satori) membuat bendungan/Situ ini adalah untuk tempat bermain putranya yaitu
Paneran Gencay, selain itu mbah Dalem Cageur memiliki hobi memelihara
ikan.
Dalam pembuatan bendungan tersebut mbah Dalem Cageur tidak sedikit mengerahkan tenaga dari pada
kurawanya sehingga memerlukan hidangan yang cukup banyak untuk
menjamu para pekerjanya. Konon menurut cerita untuk menanak nasi itu, mbah Dalem
Cageur memilih salah satu bukit yanga berada di sebelah desa Darma (Desa Kawah
Manuk) sehingga sampai saat ini tempat bekas menanak nasi itu di beri nama
"bukit Pangliwetan".
Setelah selesai pembuatan Situ,
mbah Dalem Cageur membuat sebuah perahu yang terbuat dari papan kayu jati
dengan ukuran yang cukup besar. Perahu itu dibuat untuk bermain anaknya.
Setiap siang dan malam Pangeran Gencay bersama rekan-rekannya
terus bermain di atas perahu itu. Sementara para penduduk menyaksikan di
sekeliling Situ sambil menabuh berbagai gamelan. Konon tempat penduduk
memainkan gamelan itu di beri nama "Muncul Goong".
Takdir tidak dapat dipungkiri, pada suatu malam tepat pada saat bulan purnama,
Pangeran Gencay bersama para pengasuhnya yang sedang bersenang-senang menaiki
perahu buatan ayahnya tenggelam di tengah-tengah Situ dan merenggut nyawa Pangeran Gencay.
Setelah jenazah Pangeran Gencay
ditemukan dan dibawa ke suatu tempat yang bernama "Munjul Bangke" (Munjul artinya tempat yang menonjol sedangkan Bangke artinya Bangkai) lalu dimakamkan di desa Jagara. Adapun
tempat tenggelamnya Pangeran Gencay oleh penduduk di beri nama "Labuhan
Bulan" karena perahunya tenggelam tepat pada saat bulan purnama (Labuhan artinya kalebuh dan kalebuh artinya tenggelam).
0 komentar:
Posting Komentar